Anindya Bakrie- dari CEO Jadi CdM di Olimpiade, Apa Bedanya-

Publik tahu Anindya Bakrie adalah seorang CEO perusahaan besar Bakrie & Brothers. Tapi, kini Anindya punya tugas baru sebagai CdM Indonesia di Olimpiade Paris 2024. Apa bedanya?

Bakrie & Brothers adalah perusahaan yang didirikan oleh kakeknya Achmad Bakrie. Hingga saat ini, sudah ada puluhan perusahaan yang berada di bawah naungan Bakrie & Brothers yang bergerak di berbagai sektor.

Anindya sebagai cucu tertua Achmad Bakrie kini dipercaya memegang penuh kendali perusahaan. Di tengah kesibukannya mengurus banyak perusahaan, Anindya punya tugas baru tahun ini yang terbilang tidak muda dan baru untuknya, yakni menjadi CdM Indonesia di Olimpiade 2024.

Jika selama ini Anindya membawahi ribuan pegawai di berbagai perusahaan, kini atlet-atlet Indonesia dan staf pelatih yang harus diurus tidak hanya selama di Olimpiade, tapi juga sebelum dan sesudahnya.

Seperti halnya perusahaan yang punya target pemasukan, kontingen Indonesia di Paris juga punya target mempertahankan tradisi emas di Olimpiade. Ada 29 atlet yang kini jadi tanggung jawab Anindya beserta tim.

Baca juga: Olimpiade 2024: Bahas Defile, CdM Janjikan Kejutan Kostum RI

Lalu, seberat apa tanggung jawab yang kini diemban Anindya sebagai CdM jika dibandingkan sebagai CEO? detikSport berkesempatan mewawancarai ayah tiga anak ini di Bandara Soekarno Hatta, Tangerang, Satu (20/7/2024) sore WIB, sebelum keberangkatannya ke Paris.

DetikSport (DS): Bagi Pak Anin CdM ini masuk pengalaman baru Pak Anin selama ini mungkin perusahaan yg begitu besar, ada bedanya apa, ada beban tersendiri ga?

Anindya Bakrie (AB): Ya tadi pagi saya juga memikirkan gimana nih cara punya mindset yang baik tapi sama seperti pemimpin perusahaan. Itu intinya ada target, target daripada Olimpiade ini adalah mendapatkan medali, tentu sebelumnya targetnya adalah bagaimana kita bisa mengkualifikasi lebih banyak orang dan ternyata 29 itu yang paling banyak selama 20 tahun. Lalu bagaimana bisa memperluas cabang olahraganya yang berkembang dari 9 menjadi 12. Sekarang bagaimana bisa mendapatkan medali.

Ini semua tentu berhubungan dengan teknis yang sudah dilakukan, malah mesti recovery tapi juga non-teknis. Nah, tapi kembali lagi bedanya apa, hampir bisa dibilang sama-sama ini mengenai bagaimana mencapai suatu goal, sama-sama mempunyai key performance indicator walaupun berbeda, sama-sama juga mengenai supply chain management karena kita mesti memikirkan bukan saja ujungnya tapi juga misalnya dari measure, dokter, fisioterapi, trainer, makanan, penjemputan, lalu segala macamnya lah, dan juga kita musti siap dengan berbagai macam emergency sampai kepada tentunya komunikasi ke publik.

Jadi semua ini baru, tapi dari sisi prinsip-prinsip dasarnya ya mirip seperti menjalankan suatu perusahaan dengan tantangannya. Dan satu lagi di sini lebih humanis karena yang kita dealing adalah atlet-atlet yang sedang mau perform pada saat ini.

Baca juga: CdM Indonesia: Doakan Atlet Supaya Tampil Bagus, Jangan Dibully
Halaman 1 2 Selanjutnya